PENDAHULUAN
Bagi orang tua, mendidik anak adalah gampang-gampang susah, terkadang anak-anak begitu mudahnya di atur dan diperintah, namun, adakalanya anak juga begitu bandel dan susah dikendalikan. Bagaimanapun tingkah laku anak-anak, orang tua sebagai pendidik harus sabar dalam mendidiknya. Kita harus menghindari jangan sampai orang tua menggunakan metode yang keliru dalam pendidikan anak dirumah.
Di dalam artikel yang bertemakan Problematika Kewajiban Orang Tua Dalam Mendidik Anak ini, pada pembahasannya saya uraikan diawali dengan makna keluarga, peranan ayah dan ibu yang salah satunya sebagai pendidik rasional dan pandidik emosional, peran tersebut menjadi kewajiban orang tua untuk menentukan kesuksesan seorang anak baik di keluarga, sekolah dan masyarakat kelak.
Memang tidak gampang mendidik anak,sehingga menurut penelitian ada dua puluh kesalahan orang tua dalam mendidik anak, bahkan mungkin lebih dari itu. Selanjutnya akan diuraikan pada BAB II pembahasan bagian C. kesalahan-kesalahan ini pula dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor keluarga diantaranya :
perimbangan perhatian
kebutuhan keluarga
status sosial
besar kecilnya keluarga, dan
keluarga kaya atau miski
Problematika Kewajiban Orang Tua
Dalam Mendidik Anak
A. Arti keluarga
Keluarga atau rumah tangga merupakan inti masyarakat terkecil. Keluarga dapat diartikan sebagai kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi, keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak, satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.
Di dalam sebuah literatur dikatakan bahwa keluarga memiliki peranan tertentu diantaranya :
keluarga sebagai yang pertama
keluarga sebagai pusat ketenangan hidup
keluarga sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan
keluarga sebagai pusat agama.
Peranan Ayah :
sumber kekuasaan, dasar identifikasi
penghubung dengan dunia luar
pelindung terhadap ancaman-ancaman dari luar
pendidik segi rasional
Peranan ibu :
pemberi rasa aman, pemberi kasih sayang
tempat mencurahkan isi hati
mengatur kehidupan rumah tangga
pembimbing kehidupan rumah tangga
pendidik segi emosional
penyimpan tradisi
Diakui memang keluarga itu senantiasa mengalami perkembangan dan perubahan baik yang berhubungan dengan tata nilai yang berlaku maupun norma-norma yang ada. Misalnya karena perekonomian pengaruh uang, produksi atau pengaruh individualisme, sistem kekeluargaan ini makin kabur, hal ini disebabkan karena : urbanisasi, emansipasi sosial wanita, dan adanya perbatasan kelahiran yang disengaja.
Akibat dari pengaruh perkembagan keluarga itu menyebabkan hilangnya peranan-peranan sosial :
keluarga berubah fungsinya dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang memakai semata-mata
tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada sekolah
tugas bercengkerama di dalam keluarga menjadi mundur karena tumbuhnya perkumpulan-perkumpulan modern, sehingga waktu untuk berada di tengah-tengah keluarga makin lama makin minim.
B. Faktor-Faktor Keluarga Terhadap Perkembangan Anak
1. Perimbangan perhatian
Perimbangan perhatian orang tua atas tugas-tugasnya, terhadap tugas inipun harus menyeluruh. Masing-masing tugas menuntut perhatian yang penuh sesuai dengan fungsinya dan posisinya. Kalau tidak demikian akan terjadi ketidak seimbangan. Sebuah tugas yang dibebankan kepada orang tua sangat menentukan perkembangan anak, artinya anak-anak membutuhkan :
stabilitas keluarga
pendidikan
pemeliharaan fisik dan psikis, termasuk kehidupan religius
kalau perhatian orang tua terhadap tugas-tugas itu tidak seimbang berarti ada kebutuhan anak untuk berkembang belum terpenuhi.
2. Kebutuhan Keluarga Utuh
Keluarga yang utuh adalah keluarga yang dilengkapi dengan anggota-anggotanya, yaitu : ayah, ibu dan anak-anak. Sebaliknya keluarga yang broken home terjadi dimana tidak hadirnya salah satu fungsi orang tua atau kedua-duanya. Keluarga yang utuh tidak sekedar dalam arti berkumpulnya ayah dan ibu, tetapi utuh dalam arti psikis. Keluarga yang utuh memiliki suatu kebulatan orang tua terhadap anak-anaknya, keluarga yang utuh memiliki perhatian yang penuh atas tugas-tugasnya sebagai orang tua.
Sebaliknya keluarga yang pecah atau broken home perhatian terhadapnya kurang, antara ayah dan ibu tidak memiliki kesatuan perhatian terhadap anak-anaknya., broken home memiliki pengaruh yang negatif. Beberapa hasil penyelidikan menunjukkan bahwa anak nakal (delinquent) berasal dari keluarga pecah.
3. Status Sosial
Status sosial orang tua mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku dan perkembangan anak-anaknya. Yang dimaksud dengan status sosial adalah kedudukan orang dalam kelompoknya. Status di sini dapat bersifat statis dan dapat pula dinamis. Sederhananya di Indonesia terdapat empat status sosial diantaranya :
- petani - angkatan bersenjata
- pegawai - pedagang
Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda dengan keluarga lain sehingga perkembangan anaknya pun berlainan. Di dalam hal ini status orang tua memegang peranan yang peting.
4. Besar-Kecilnya Keluarga
Besar-kecilnya keluarga mempengaruhi perkembangan sosial anak, anak yang lahir dari keluarga besar, sejak kecil sudah biasa bergaul dengan orang lain. Pergaulan inipun mempunyai pengaruh pada dirinya, artinya harus ada unsur memberi dan menerima.
Anak yang lahir di keluarga kecil sifat yang dimunculkan jauh berbeda dengan anak yang lahir dari keluarga besar. Situasi anak tunggal mendorong orang tua untuk tidak mengecewakan anaknya, apa yang menjadi keinginannya sedapat mungkin dipenuhi, kalau berlarut-larut, hal yang semacam ini sudah menjadi status anak yang dimanjakan, yang cenderung akan menggantungkan diri pada orang lain sehingga menghambat perkembangan jiwa anak.
5. Kelurga Kaya/Miskin
Berinteraksi dengan anak bukanlah hal yang mudah, memahami dunia anak jauh lebih sulit. Meski segar diingatan tentang beberapa kasus kekerasan dan penganiayaan terhadap anak, bahkan sampai tingkah pola anak yang meniru adegan kekerasan berbahaya di televisi hingga mereka sendiri yang menjadi korban.
Sebagai pendidik orang tua tidak terlepas dari kesalahan ketika berinteraksi dengan anak-anaknya. Pada umumnya ketika terjadi kasus tertentu pada anak, maka peran pendidik yang menjadi sorotan. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dituliskan dua puluh kesalahan dalam mendidik anak. Diantaranya :
Memerintah anak dengan tanpa menjelaskan alasan pentingnya menunaikan perintah tersebut
Tidak mengubah batasan strategi yang baku dalam berinteraksi dengan anak meskipun prilakunya telah berubah
Sikap orang tua yang enggan menerapkan kedisiplinan pada anak
Tidak menyikapi kesalahan anak-anak dengan kesabaran ekstra
Para pendidik tidak berusaha memahami berbagai faktor yang mendorong anak melakukan prilaku yang salah.
Sikap orang tua yang menerima persyaratan yang diajukan anak, seperti saya akan melakukan ini jika begini
berlebihan dalam memberikan janji yang berulang kepada anak, “jika engkau melakukan ini, kami akan memberikan imbalan ini kepadamu”
Mengomentari anak dengan komentar yang justru dapat menghalanginya kembali berprilaku baik
Tidak menghukum prilaku salah yang muncul pada anak
Tidak memberi spirit yang positif pada diri anak
Membandingkan secara tidak Proporsional dengan anak-anak lain
Kontradikif dalam menerapkan sistem pendidikan anak
Tidak memenuhi kebutuhan anak dalam memperoleh kasih sayang, cinta dan kelembutan
Tidak memperhatikan batasan-batasan tertentu dalam memberikan hukuman fisik ketika mendidik anak
Tidak memperhatikan perbedaan-perbedaan individual dalam mendidik anak
Tidak menempuh tahapan-tahapan dalam berinteraksi dengan anak
meremehkan, mengejek dan membeda-bedakan dalam mendidik anak
Tidak adaya kesepakatan antara kedua orang tua dalam hal metode pendidikan yang seragam
Tidak menyertakan anak dalam menetapkan kaidah-kaidah berprilaku
Mengikuti pola pandang negatif yang salah dalam berinteraksi dengan anak
Daftar Pustaka :
Ahmadi, Abu. Psikologi Pendidikan. 1991. PT. Rineka Cita ; Jakarta
Muhammad Rasyid Dimas. Kesalahan Dalam Mendidik Anak. 2005. pustaka Al-Kautsar ; Jakarta
Partowirastro Koestoer. Dinamika Dalam Psikologi Pendidikan. 1983. Erlangga ; Jakarta
Saleh, Anwar. Dasar-Dasar Pendidikan. 1996. Jabal Rahmat ; Medan
Labels: Artikel